Minggu, 21 April 2013

Laporan Biologi Golongan Darah


LAPORAN BIOLOGI
ACARA III
Golongan Darah Pada Manusia


                                        Nama            :    Afi Latul Laili
                                        NIM             :    120210101115
                                        Kelas            :    B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
I.         JUDUL : GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA
II.      TUJUAN
Setelah selesai praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan penggolongan darah manusia.
III.   DASAR TEORI
Kesukaran pertama dalam transfusi darah disebabkan karena terjadinya penggumpalan sel-sel darah. Gumpalan-gumpalan sel darah merah tidak dapat lewat melalui pembuluh darah kapiler, yang menjadi tersumbat karenanya. Bila banyak pembuluh kapiler yang tersumbat, sistem peredaran darah akan tersumbat dan mungkin akan menyebabkan kematian. Landstainer telah mendemostrasikan bahwa penggumpalam sel darah merah terjadi karena adanya suatu reaksi antara zat-zat pada membran sel darah merah dan zat-zat dalam plasma. Dalam darah setiap orang, zat-zat yang bereaksi tidak terdapat secara bersama-sama. Tetapi karena masing-masing individu memiliki rangkaian zat yang berbeda dari individu lainnya. (Waluyo,1993:50)
Dalam teknik slide biasa untuk penggolongan darah ABO, dua tetes darah yang terpisah dari orang yang akan diperiksa golongan darahnya diletakkan pada sebuah slide mikroskop. Setetes serum yang mengandung aglutinin anti A (dari darah golongan B) diteteskan pada salah satu tetes darah sedangkan tetes serum yang mengandung aglutinin anti B (dari darah golongan A) diteteskan pada tetes darah lainnya.
a.    Jika serum anti A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A)
b.    Jika serum anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B (golongan darah B)
c.    Jika kedua serum anti A dan anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB)
d.   Jika kedua serum anti A dan anti B tidak mengakibatkan aglutinasi, maka individu tersebut tidak memiliki aglutinigen(golongan darah O). (Sudjaji, 2005:38)
Golongan darah pada manusia ada 3 macam, yaitu sistem ABO, sistem MN dan sistem rhesus.
1.    Sistem ABO
Sistem ABO yang sering digunakan yaitu ditemukan oleh K. Landsteiner pada tahun 1900, menggolongkan darah manusia menjadi 4 macam diantaranya:
·           Golongan darah A, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen A dan serumnya dapat membuat aglutinin (beta)
·           Golongan darah B, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen B dan serumnya dapat membuat aglutinin (alfa)
·           Golongan darah AB, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B, tetapi serumnya tidak dapat membuat aglutinin
·           Golongan darah O, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya tidak terdapat aglutinigen, tetapi serum darahnya dapat membuat aglutinin alfa dan aglutinin beta. (Waluyo,2010:173)
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, golongan darah tersebut dibagi menjadi 4 yaitu sebagai berikut:
1)        Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
2)        Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah B-negatif atau O-negatif.
3)        Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
4)        Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif. (Winotasara,1993:53)
2.    Sistem MN
Pada tahun 1972, K. Landsteiner dan P. Levine telah menemukan golongan darah sistem MN, akibat ditemukannya antigen M dan antigen N pada sel darah merah manusia. Sistem ini digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
·      Golongan darah M, mengandung antigen M
·      Golongan darah N, mengandung antigen N
·      Golongan darah MN, mengandung antigen M dan antigen N.
(Waluyo,2010:174)
3.    Sistem Rhesus
Pada sistem Rhesus dikenal 2 jenis darah yaitu Rhesus + dan Rhesus -. Rhesus + mengandung antigen faktor Rhesus dalam eritrositnya, tak ada aglutininnya dalam plasma. Sedangkan orang yang berjenis Rhesus – tak mengandung antigen faktor Rhesus, juga tak mengandung aglutininnyadalam plasma. Kalau donor Rh+, resipien Rh- tak terjadi penggumpalan karena pada darah resipien itu tidak ada aglutininnya. Kalau donor Rh-, resipien Rh+ juga tak terjadi penggumpalan karena tak ada aglutinin resipien dan tak ada antigen donor yang harus digumpalkan.
Pada kaum ibu hamil sistem Rhesus ini ada juga peranannya sekedar. Kalau ibu itu mengandung embrio berjenis Rh+ (suami Rh+) sedang ia berjenis Rh-, sebagian antigen embrionya akan merembes ke dalam peredaran darah ibu dan terbentuk aglutinin. Sampai bayi lahir belum apa-apa. Tapi kalau ibu mengandung embrio berjenis Rh+ kedua kalinya, dalam tubuhnya sudah terbentuk banyak aglutinin. Sehingga mampu menggumpalkan eritrosit embrionya, lahirlah bayi yang mengidap anemia yang parah dan sering menyebabkan kematian sang bayi. (Yatim,1987:213)
Komponen Darah
Volume darah manusia adalah sekitar 8% dari berat tubuhnya. Darah tersusun atas dua komponen yaitu yang pertama plasma darah kemudian yang kedua sel-sel darah dan keping-keping darah. Di dalam tubuh, sel-sel darah tidak dapt memisahdari plasma darah karena teradu selama proses sirkulasi. Sel-sel darah dan keping-keping darah dapat dipisahkan dari plasma darah dengan melalui proses sentrifugasi.
a.         Plasma darah
Plasma darah cairan yang berwarna kekuning-kuningan, tersusun atas air, dan bahan terlarut yaitu protein, lemak, asam lemak, asam amino, glukosa, hormon, enzim, antibodi, garam mineral.
Fungsi dari plasma darah adalah:
·      Sebagai pelarut bahan-bahan kimia
·      Membawa mineral-mineral terlarut, glukosa, asam amino, vitamin, karbondioksida dan bahan-bahan buangan
·      Menyebarkan panas dari organ yang lebih panas ke organ yang lebih dingin
·      Menjaga keseimbangan antara cairan di dalam sel dan cairan di luar sel.
Plasma mengandung protein seperti lipoprotein, fibrinogen berfungsi dalam pembekuan darah, globulin berperan dalam pertahanan tubuh, albumin berperan dalam membantu aliran darah dan mengatur tekanan osmotik darah, antihemophilic globulin berfungsi mencegah hemofilia, tromboplastin berfungsi dalam proses pembekuan darah bersama protombin dan fibrinogen, immunoglobulin berfungsi untuk kekebalan tubuh(abtibodi). Protein-protein tersebut dapat dipisahkan dari plasma dan membentuk cairan yang disebut serum. (Waluyo,2010:175)
b.         Sel darah
·      Sel darah merah(Eritrosit)
Sel-sel darah merah mempunyai bentuk cakram, dengan diameter 7,5 m da ketebalan 2 m. Tengah-tengah dari cakram tersebut lebih tipis(1 m) daripada tepinya. Bentuk “bikonkaf” yang menarik ini mempercepat pertukaran gas-gas antara sel-sel dan plasma darah. Pada orang dewasa, sel darah merah dibentuk dari sel-sel “pokok” yang terletak dalam sumsum tulang, terutama dalam tulang-tulang rusuk, sternum(tulang dada), dan vertebra(tulang-tulang belakang). Pada waktu mula-mula dibentuk, sel darah merah mempunyai sebuah nukleus dan hemoglobin tidak begitu banyak. Akan tetapi, ketika dewasa jumlah hemoglobin dalam sel naik sampai 280 juta molekul – menunjukkan 90% bobot bersih sel. Kemudian pada akhir dari proses sintesis hemoglobin ini, nukleus diperas keluar dari sel. (Kimball,1990:516)
·      Sel darah putih(Leukosit)
Leukosit merupakan sel yang memiliki fungsi khusus untuk mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme. Leukosit merupakan sel yang memiliki sifat seperti Amoeba, yaitu bentuknya dapat berubah-ubah, leukosit dapat bergerak bebas, bahkan dapat keluar dari pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan lain yang terinfeksi mikroorganisme. Ukuran leukosit lebih besar dari eritrosit, tetapi jumlahnya dalam tubuh lebih sedikit. Darah manusia memiliki lima macam leukosit tetapi berdasarkan ada dan tidaknya granuler pada selnya. Kelima macam leukosit tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu leukosit yang bergranuler(granulosit)dan tidak bergranula(agranulosit). (Waluyo,2010:178)
c.         Keping darah
Trombosit atau keping-keping darah memiliki bentuk tidak teratur, tidak memiliki inti sel dan berukuran sangat kecil(hanya berdiameter 2 m). Jumlahnya di dalam darah sekitar 150-400 ribu/ . Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah apabila terjadi luka pada pembuluh darah, dengan demikian darah tidak banyak terbuang. Trombosit beredar di dalam darah dan dibentuk oleh sel-sel besar yang ada di dalam sumsum tulang. Mekanisme pembekuan darah adalah sebagai berikut. Saat pembuluh darah terluka atau terpotong, darah akan keluar. Trombosit akan pecah dan membebaskan enzim trombokinase. Enzim ini akan mengubah protombin menjadi trombin dengan bantuan ion kalsium dan vitamin K. Trombin yang terbentuk selanjutnya akan mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin yang akan menutup luka sehingga pendarahan akan dihentikan. (Waluyo,2010:180)
IV.   METODE PENELITIAN
1.      Alat
a)      Lanset / jarum steril
b)      Jarum pentul
c)      Spidol
d)     Gelas obyek
e)      Kertas putih
2.      Bahan
a)      Serum A danB
b)      Alkohol 70%
c)      Kapas
d)     Darah segar manusia
3. Cara Kerja
Kedua bagian A dan B pada gelas obyek dibandingkan
Garis tegak lurus ditarik pada sisi panjang yang membagi sisi gelas obyek menjadi dua bagian yang sama
Di pojok kiri atas gelas obyek diberi tulisan A dan di pojok kanan atas diberi tulisan B
Gelas obyek diletakkan pada selembar kertas putih
Tangan dicuci sampai bersih kemudian segumpal kapas diambil dengan pinset
Kapas dicelupkan ke dalam alkohol kemudian ujung jari manis digosok dengan kapas tersebut
Alkohol dibiarkan mengering kemudian bagian tersebut ditusuk dengan menggunakan lanset yang telah distrerilkan
Setetes darah ditempatkan pada bagian A dan B gelas obyek
Berkas tusukan ditutup dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam alkohol
Serum anti A segera diteteskan pada bagian A gelas obyek
kemudian diaduk sampai merata dengan jarum pentul
Setetes anti B diletakkan pada darah di bagian B gelas obyek


I.         HASIL PENGAMATAN
No.
Kel
Nama Probandus
Golongan Darah
1
I
Yuli Nur Azizah
B
2
II
Tiofani Indraswari
B
3
III
M. Dodik Kurniawan
O
4
IV
Irma Khoirul Ummah
A
5
V
Cici Fitri Lestari
O
6
VI
Soleh Chudin
A

II.      PEMBAHASAN
Pada praktikum yang ketiga kali ini dilakukan untuk mengetahui golongan darah seseorang dan mengetahui penggolongan darah pada manusia. Untuk mengetahui golongan darah pada seseorang dapat dilakukan dengan menetesi darahnya dengan serum A dan serum B. Serum A mengandung aglutinin yang dapat menggumpalkan golongan darah A, tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap golongan darah B dan O. Sedangkan serum B mengandung aglutinin yang dapat menggumpalkan golongan darah B, tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap golongan darah A dan O. Itu terbukti jika serum A dapat menggumpalkan darah namun serum B tidak dapat menggumpalkan darah maka orang tersebut bergolongan darah A. Jika serum A tidak dapat menggumpalkan darah namun serum B dapat menggumpalkan darah maka golongan darah orang tersebut adalah B. Dan jika kedua serum A dan serum B menyebabkan penggumpalan pada darah seseorang maka golongan darah orang tersebut adalah AB. Namun jika serum A dan Serum B tidak dapat menggumpalkan darah maka darah orang tersebut adalah O.
Seperti ketika dilakukan pengamatan pada perwakilan tiap kelompok untuk ditest golongan darahnya, dari 6 probandus didapatkan 2 orang memiliki golongan darah A, 2 orang memiliki golongan darah B dan 2 orang memiliki golongan darah O. Probandus yang bergolongan darah A yaitu probandus perwakilan dari kelompok IV dan VI, ketika darahnya ditetesi dengan serum A darahnya meggumpal namun ketika ditetesi dengan serum B darahnya tidak menggumpal. Lain halnya ketika darah dari probandus kelompok I dan II ditetesi serum A tidak terjadi penggumpalan namun ketika ditetesi serum B darahnya menggumpal. Hal ini menjukkan bahwa golongan darah probandus tersebut termasuk golongan darah B. Dan pada probandus yang memiliki golongan darah O yaitu dari kelompok III dan V, ketika darahnya ditetesi serum A maupun serum B tidak terjadi penggumpalan. Selain golongan darah A,B dan O ada juga golongan darah AB pada sistem golongan darah ABO. Pada golongan darah AB, jika darahnya ditetesi dengan serum A maupun serum B akan terjadi penggumpalan.
Hasil yang ditunjukkan test darah tersebut ditunjukkan hasilnya berbeda-beda untuk setiap golongan darahnya, ada yang menggumpal dan ada yang tidak menggumpal ketika ditetesi dengan serum A dan serum B. Hal ini terjadi dikarenakan pada golongan darah A hanya memiliki zat anti B(aglutinin anti B), sehingga apabila apabila ditetesi dengan zat anti A(serum A) akan terjadi penggumpalan dan apabila ditetesi dengan zat anti B(serum B) darah tidak akan menggumpal. Penggumpalan tersebut dapat menunjukkan golongan darah tersebut yaitu golongan darah A karena terjadinya pertemuan zat anti yang berbeda dari darah yang ditest dengan zat anti yang diteteskan pada saat pengujian golongan darah(serumnya).
Untuk golongan darah B setelah ditetesi dengan serum A tidak terjadi penggumpalan karena pada golongan darah B hanya memiliki zat anti A namun setelah ditetesi serum B terjadi pengumpalan karena pada serum B terdapat zat anti B. Penggumpalan tersebut terjadi karena zat anti A dari darah bertemu dengan zat anti B dari serum B yang telah diteteskan.
Pada golongan darah AB setelah ditetesi dengan serum A maupun serum B, darahnya menggumpal. Hal ini terjadi karena golongan darah AB tidak memiliki zat anti A maupun zat anti B namun memiliki antigen(aglutinogen) yaitu antigen A dan B. Sehingga ketika ditetesi dengan serum A dan serum B tejadi penggumpalan.
Namun pada golongan darah O setelah ditetesi dengan serum A maupun serum B tidak terjadi penggumpalan. Hal ini terjadi karena golongan darah O memiliki zat anti A dan zat anti B sehingga jika jika diberi serum A(zat anti A) dan serum B(zat anti B) tidak adan terjadi penggumpalan karena golongan darah O memiliki zat anti keduanya maka akan menolak(tidak menggumpal) jika bertemu dengan zat anti A maupun B dari serum yang diteteskan.
Dari penjelasan mengenai penggumpalan di atas, dapat diketahui penggolongan darah sistem ABO yaitu terdapat 4 golongan darah yaitu golongan darah A, B, AB dan O. Golongan darah A memiliki antigen atau aglutinogen A pada sel darahnya dan memiliki aglutinin anti B atau zat anti B pada plasmanya. Golongan darah B memiliki aglutinogen B pada sel darahnya dan memiliki aglutinin anti A pada plasmanya. Golongan darah AB memiliki aglutinogen A dan B namun tidak memiliki aglutinin pada plasmanya. Sedangkan golongan darah O tidak memiliki aglutinogen pada sel darahnya namun memiliki aglutinin anti A maupun anti B pada plasmanya.
Penggolongan darah ini sangat penting dalam proses transfusi darah. Transfusi darah adalah pemberian darah dari seseorang yang disebut donor, kepada orang yang memerlukan yang disebut resipien. Golongan darah AB tidak memiliki zat anti pada plasmanya sehingga seseorang dengan golongan darah AB dapat menerima darah dari orang golongan darah ABO apapun (A, B, AB dan O) dan disebut resipien universal. Namun golongan darah AB tidak dapat mendonorkan darahnya kecuali pada sesama AB. Sedangkan karena golongan darah O memiliki zat anti A maupun zat anti B, maka golongan darah O dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun (A, B, AB dan O) dan disebut donor universal. Namun orang dengan golongan darah O hanya dapat menerima darah dari sesama golongan darah O.

III.   KESIMPULAN
1.      Golongan darah sistem ABO digolongkan menjadi 4 golongan yaitu golongan darah A, B, AB dan O.
·           Seseorang dengan golongan darah A memiliki aglitinogen A pada sel darahnya dan memiliki aglutinin anti B pada plasmanya.
·           Seseorang dengan golongan darah B memiliki aglutinogen B pada sel darahnya dan memiliki aglutinin anti A pada plasmanya.
·           Seseorang dengan golongan darah AB memiliki aglutinogen A dan B pada sel darahnya, namun tidak memiliki aglutinin anti A maupun anti B pada plasmanya.
·           Seseorang dengan golongan darah O tidak memiliki aglutinogen A maupun aglutinogen B pada sel darahnya, namun memilki aglutinin anti A dan anti B pada plasmanya.
2.      Jika serum A dapat menggumpalkan darah namun serum B tidak dapat menggumpalkan darah, maka orang tersebut bergolongan darah A. Jika serum A tidak dapat menggumpalkan darah namun serum B dapat menggumpalkan darah, maka golongan darah orang tersebut adalah B. Dan jika kedua serum A dan serum B menyebabkan penggumpalan pada darah seseorang maka golongan darah orang tersebut adalah AB. Namun jika serum A dan Serum B tidak dapat menggumpalkan darah maka darah orang tersebut adalah O.

DAFTAR PUSTAKA


Kimball,John.W. 1990. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Sudjaji. 2005. Biologi Sains Dalam Kehidupan 2A. Surabaya : yudhistira

Waluyo,Joko .1993. Petunjuk Praktikum Biologi Umum.Jember : unej

Waluyo,Joko dkk.2013. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember : unej

Waluyo,Joko.2010. Biologi Umum. Jember : unej

Winotasara dkk. Biologi Umum. Jakarta : Depdikbud

Yatim,Wildan. 1987. Biologi. Bandung : Tarsito




























0 komentar:

Posting Komentar